Perjalanan yang ajaib menuju ke KKR Glory to Glory – Bahtera
2012 telah aku lalui. Baru saja kembali ke daerah asal, keinginan untuk
menceritakan kebaikan Tuhan itu begitu besar. Catatan ini cuma sebuah catatan
kecil perbuatan besar yang Tuhan berikan dalam hidupku sepanjang tahun 2012
ini. Sebuah tahun yang ajaib dan dahsyat dimana Tuhan membawaku pada didikan
satu ke didikan yang lain. Bukan cuma berhenti pada sekolah karakter IMPACT
tahun 2012 saja, tapi sampai akhir hayatku nanti Roh KudusNya sendiri akan
terus mengajariku dari hari ke hari.
Berawal dari sekembalinya aku dari masa pendidikan di
Semarang. Semua keseharian yang berjadwal padat dan beratmosfir rohani yang
begitu kental berganti dengan atmosfir kesinisan dunia yang aku harus hadapi
hari demi hari. Belum lagi harapan terlalu besar dari orang-orang sekitarku,
yang beranggapan lulus dari IMPACT adalah menjadi manusia yang baik luar biasa,
berubah dalam sekejab mata. Dan untuk mencapai hal itu aku butuh Anugerah
Tuhan.
Tuhan terus korek hatiku. Aku senang itu, sekalipun rasanya
sangat tidak enak. Beberapa karakter terjelekku yang agaknya belum “terpancing”
keluar waktu masa pendidikan di IMPACT tiba-tiba meledak keluar di masa
peralihanku kembali ke kota asal. Dari jam doa yang menggebu-gebu dan
teman-teman yang menyemangati berganti pada rutinitas keseharian yang seakan
membuatku jadi pengangguran, membuat jiwaku merasa jenuh. Hal itu membuatku
merasa begitu buruk, ditambah dengan tuntutan orang sekitar. Terpuruk, terpojok
dan marah! Suatu sikap hati yang begitu menjijikkan di hadapan Tuhan, aku tahu.
Aku sempat begitu jijik dengan diriku sendiri. Bahkan sempet
bertanya-tanya, akankah aku “berakhir” seperti ini? Tuhan, Engkau tidak salah
pilihkah? Orang jeleknya kayak aku gini sampai kapan bisa menghasilkan
buah-buah Roh, bahkan yang matang di hadapanMU? Kapan aku bisa berubah Tuhan?
Tapi semua itu terjawab satu persatu. Tuhan bawaku mendengar
maksudNya melalui khotbah HambaNYA, Pak Yusak Tjipto. Seorang Pilar sejati yang
pun merasa kalau dia nggak pantas, nggak layak, wong jeleknya seperti ini
kok Tuhan pilih. Aku merasa begitu juga. Aku bahkan kalau jadi Tuhan, mungkin
orang kayak diriku ini udah aku buang dan nggak aku pakai. Ternyata hal itu
bukan saja aku yang merasakannya, tapi juga para Senior Pilar. Saat itulah aku
sadar, kalau aku dipilih itu bukan karena siapa aku, bukan karena kuat dan
gagahku, tapi karena AnugerahNYA! Memang sangat teoritis dan siapapun tahu itu,
tapi kecenderungan hati manusia yang diperanakkan dalam dosa itu yang membuat
kita sulit untuk tetap sejalan dengan Tuhan. Ada saja alasan untuk sedikit ke
kanan atau neleng ke kiri. Mau tidak mau, aku hadapi itu dalam hidupku.
Hidupku? Karakterku? Cuma Tuhan yang bisa ubah! Rasa putus asa itu kerap
menghinggapiku. Merasa kalau aku sendiri bisa merubah sifatku dan berusaha
menunjukkan kepada orang sekitarku yang terus men-spot aku. Mereka bukan hanya
mencela, tapi juga meremehkan. Hal itu kadang membuatku menangis. Bagaimana aku
bisa menangkan mereka Tuhan kalau aku sendiri tidak bisa jadi teladan atau apa
itu yang mereka mau?
Semua ini mengajarkanku rendah hati. Mengakui di hadapan
Tuhan kalau aku ini cuma hamba, cuma bisa ndlosor
di hadapan Tuhan dan berdoa dengan sungguh, “Tuhan jangan pernah menyerah
dengan diriku. Aku tahu aku ini jeleknya kayak apa. Munafiknya, buruknya,
sombongnya seperti apa. Tapi satu hal yang aku minta, jangan pernah berhenti
mendidikku, mengasahku, menjadikanku seperti yang KAU mau. Jangan pernah pergi
dari hidupku. Jangan pernah biarkan aku berpaling. Tarik hatiku... bagaimanapun
caranya, bawaku masuk rencanaMU, paksakan semuanya jadi dalam hidupku.”
Dan satu kalimat itu muncul begitu kuat di benakku: He is
the Author and the Finisher of my Faith.
Siapa yang membuatku memilihNYA? Yang membuatku jatuh cinta
padaNYA? Kalau aku ada sekarang sebagai orang yang percaya, orang yang berharap
dan mencintaiNYA itu karena DIA yang memberikanku hal itu. DIA lah yang
membuatku bisa punya cinta untukNYA, iman kepadaNYA, berharap padaNYA. Aku ini
milik kepunyaanNYA, aku buatan TANGANNYA, DIA lah yang akan bertanggung jawab
atas hidupku. Kurang lebih itulah makna dari kalimat tersebut yang aku tangkap.
Dan diteguhkan benar oleh khotbah hambaNYA, bahwa janji
Tuhan itu: apapun yang dilakukan anakKU ini, AKU yang bertanggung jawab.
Ya. Tuhan, aku tidak mau menyia-nyiakan AnugerahMU. Ajarku
jadi seperti yang KAU mau. Bukan berarti tidak jatuh bangun, bukan berarti
berhenti berusaha, tapi aku terus percaya. Aku ini milikMU. Buatan tanganMU.
He is the Author and the Finisher of my Faith. HE wont let
me undone.