Saturday, July 7, 2012

I'm on an Intensive Care



Hari-hari ini keinginan menulisku begitu kuat. bahkan setiap pengalaman yang TUHAN taruh itu ribuan di setiap langkahku disini. by the way, sebelumnya aku sekarang sedang belajar di IMPACT the school of God's movement, sedang mempersiapkan mission trip. Thailand, here I come! hehehe. anyway, setiap minggu aku mendapatkan pengajar yang berbeda-beda dari berbagai negara. sangat beruntung saya ada di sini! karena sekalin diisi dengan hal-hal rohani. pembentukkan karakter yang kental itu aku nikmati hari demi hari. mulai dari teman-teman berbagai golongan, harus mulai sabar dan mengendalikan diri, saling pengertian dan hal-hal lain. The Crazymakers are everywhere! tapi cinta kasih Tuhan pun aku nikmati luar biasa.

setiap minggunya kami disuruh membuat sebuah laporan tentang apa yang diajarkan dan implikasinya dalam hidup kami sehari-hari. Inilah sekolah yang luar bisa menurutku, karena kelasnya tidak hanya di dalam ruang Kapel Baptis Holy Stadium itu saja, tapi juga di ruang makan, asrama, everywhere. Setiap minggu, bahkan setiap hari, aku punya cerita-cerita dengan Tuhan yang begitu spesial buatku, bahkan sangat tepat seperti yang sedang diajarkan di dalam kelas. dan cerita -cerita itu aku sertakan di laporan. sebenarnya keinginan hatiku, mengepost ke blog ini sebagai catatan yang mungkin bisa jadi berkat buat kita semua. tapi karena laptop aja minjam, well, aku nggak bawa laptopku yang dirumah sih. jadi apa boleh buat, aku tidak bisa setiap saat mengepost tulisan ini. Tapi doakan saja setelah sekolah selesai aku bisa menulis kembali setiap renungan dan apa yang aku dapt di sini.

anyway, aku ingin kembali mengingat bagaimana Tuhan bisa bawa aku ke tempat ini. Sebagaimana yang secara singkat aku tuliskan di post yang sebelumnya. Sebnarnya aku disini karena keinginan hatiku dan yang pasti, TUHAN yang mau. Aku sendiri tidak tahu kenapa sampai aku ada disini.

ceritanya, begitu aku mendapat nubuatan bahwa aku bakal masuk TSOA. well, bahkan sebelum dapat nubuatan aku sudah ada keinginan untuk masuk tsoa tapi karena saat itu aku masih kuliah jadi aku belum bisa. Dan tahun 2012 ini, aku lalui dengan berbagai harapan untuk bisa masuk ke tempat ini.
kendalanya ada beberapa hal
1. ortu minta aku kerja
2. aku tidak punya uang
3. tidak ada pengganti di gereja
4. tidak ada yang menemani nenek dirumah
5. darimana aku dapat penghasilan?
hal-hal itu aku pergumulkan di hadapan Tuhan. dan ajaibnya semuanya bisa terlampaui begitu indah.

Pada dasarnya keinginanku cuma ada di Semarang, sebagai pusat lawatan terjadi (menurutku) dengan atmosfir kebangunan Rohani yang begitu kental dan lingkungan yang bagus untuk menumbuhkan kerohanian. aku pikir sekalipun aku tidak bisa masuk TSOA, aku bisa masuk jadi guru di Sekolah Kristen Terang Bangsa yang ada di kompleks Holy Stadium juga. toh setiap minggu aku bisa ikut ibadah mereka. aku bahkan sudah wawancara dan siap micro teaching. Pikirku, paling nggak aku ada di Semarang dan ortuku bisa setuju karena aku disana kerja. Tapi begitu Sir Ottu, kepala sekolah itu mewawancaraiku, aku bingung menjawab apa ketika beliau bertanya."apakah kamu yakin ini panggilan Tuhan bagimu?"
aku gugup dan bingung. di dasar hati, aku tahu aku belum siap untuk menjadi leader, guru adalah leader, kan? menjadi leader bagiku sendiri saja aku masih belum bisa.

akhirnya aku putuskan pulang hari itu juga tanpa micro teaching. Di rumah, hari berikutnya, aku mendengarkan khotbah Pak Agung tentang BAGAIMANA SAUL DICOPOT JABATAN SEBAGAI RAJA. Satu hal yang sama antara aku dan Saul. sama-sama takut akan manusia, takut apa kata manusia, dipenuhi takut kalau imagenya jelek di hadapan manusia. Dan dari situ, aku tahu di jiwaku, kalau aku perlu yang namanya intensive care untuk mengobati yang di jiwaku, membuat suatu pondasi baru yang fresh dari Tuhan.

Dan aku masukan formulir itu tanpa ada yang tahu. Seminggu kemudian, aku mendapat telepon untuk datang ke Semarang untuk interview. Dari situ aku tahu dengan kuat, aku pasti masuk. Ketika ditanya kenapa ingin masuk ke sini, aku bilang aku mau diubah karakterku, karena aku tahu jeleknya aku.

singkat cerita aku sudah diterima, bahkan mama dengan ajaib ngasih ijin buat sekolah. Aku ingat benar bahwa hari itu adalah tepat perayaan Purim, pembalikkan keadaan. Tuhan membuat mamaku memberi ijin dengan begitu gampangnya padahal kemarin-kemarin udah ngotot nggak boleh.  Untuk yang di Gereja, aku belum ijin untuk berangkat coz aku belum ada dana untuk DP masuk IMPACT, sehingga sebenarnya aku masih takut kalau tidak masuk.

tapi akhirnya, di hari-hari terakhir, aku diingatkan Tuhan untuk benar-benar menyiapkan hati. Waktu itu aku berdoa, "Tuhan, aku tahu kalau aku gampang tersinggung. dan kemungkinan besar di sekolah itu aku digosok luar biasa. Tapi aku nggak mau jadi kepaitan. aku mau dilembutkan hatiku sehingga aku bisa terima ukiranMU begitu rupa tanpa merasa kepaitan pada endingnya."

Mungkin ini yang dinantikan Tuhan, bahwa aku mau menjalani prosesnya. Di kemudian harinya, aku yang masih tidak memiliki uang DP, aku berkata pada Nenekku. Kayaknya aku mengajar di Terang Bangsa aja deh, sehingga akubisa bayar sekolah IMPACT juga. Tapi nenekku tidak setuju dan kemudian menyiapkan semua pembayaran bahkan passpornya.

Dari situ aku tahu Tuhan buka jalan dengan luar biasa.
dan satu lagi,
tentang iman seorang anak kecil. Yang aku tahu, ketika anak kecil itu meminta kepada Orang tuanya, anak itu tahu kalau orang tuanya pasti bisa menyediakan, baik cepat maupun lambat. Dan begitu pula imanku pada Tuhan diajar hari-hari ini.

well, what an honour for me.


New Spirit of Worship


Shalom
Di tengah-tengah kesibukan dan pergumulan untuk menentukan satu dan lain hal, Tuhan beri hadiah yang sangat manis di tengah-tengah semua itu. Yaitu hadiratNYA yang kuat dan menyegarkan jiwaku yang mulai letih dalam kerutinitasan kegiatan di sekolah ini. Well, jangan kira karena di sekolah Roh Kudus yang menggebu-gebu kita ndak bisa kehilangan passion. Justru karena kita udah biasa, masuk kelas, penyembahan trus bahasa roh kenceng-kenceng, di satu titik kita tidak tahu kita melakukannya sampai seluruh sel kita berdoa pada Tuhan atau Cuma sekedar biar “rame”.

Well, hari ini, aku tidak sadar kalau aku mulai mengalami hal itu dalam keseharian. Habis penyembahan trus dengerin khotbah. That’s it!

Tapi melalui ibu asrama kami, aku diingatkan : jangan sampai rutinitas itu membuat kamu kehilangan Tuhan. Kita nggak sadar kalau sebenarnya Tuhan sudah tidak ada lagi dan kita sudah melenceng. Ingat! Tuhan itu pribadi. Kalau kita senangkan DIA dengan menyajikan apa yang Dia senangi, tentu Dia akan semakin ingin dekat dengan kita. Kalau kita menyepelekan Dia, tentu Dia juga akan pergi.

Aku ingat, ketika aku hendak pergi belajar ke IMPACT, salah satu pergumulanku adalah WL pengganti di gereja lokalku. Aku mencintai memuji Tuhan dan memimpin pujian. Aku ingin membawa jemaat masuk dalam cintaNYA dan hadiratNYA yang sedemikian rupa, tapi rasa bosan karena tiap kali aku memimpin toh nyatanya stuck, stag dan nggak bisa “tembus”. Aku pakai kekuatanku dan semakin melorot, yang ada Cuma capek dan akhirnya aku “kering”.

Ketika mendekati masuk IMPACT, tiba-tiba pemimpinku sudah melatih seorang WL baru yang siap “terjun ke lapangan”. Well, aku anggap ini jawaban doaku, sehingga aku tidak meninggalkan ladang tanpa pekerja. Aku percaya Tuhan sanggup menyediakan yang lain. Sementara itu aku pergi sekolah bukan hanya untuk menambah pengetahuan atau membentuk karakter tapi yang paling darurat waktu itu adalah aku sudah bosan dengan semua rutinitas. Melayani sekedarnya, bahkan aku malas berlatih. Sudahlah toh nanti pasti begitu saja, itu sering muncul di pikiranku. Tapi dalam hatiku aku rindu Tuhan menjamah begitu kuat. Sayangnya aku sudah terlalu lelah dengan “diriku sendiri” sehingga pelayanan itu begitu menjadi beban berat di pundakku.

Begitu masuk IMPACT rasanya beban pelayanan itu hilang dari pundakku, ya, karena aku tidak perlu “sok rohani” di depan jemaat. Aku tidak perlu bersikap seolah aku sedang jatuh cinta pada Tuhan sedangkan aku sendiri kosong. Well, itulah aku yang dahulu, jujur itulah aku. Tapi ketika aku begitu penuh dengan hadirat Tuhan dan urapanNYA, cintaNYA, hari-hari ini aku begitu rindu memimpin jemaat untuk memuji Tuhan dan membawa mereka masuk hadiratNYA.

Di sekolah ini, aku begitu lega sekaligus menjadi diri sendiri. Well, orang yang baru kukenal ini tidak mengetahui apa aku ini WL atau apa, padahal kalau di gereja lokal, hampir semua tahu dan bahkan aku merasa mulai seperti jago kandang. Well, katak dalam tempurung ini sudah melihat kurang lebih dunia ini seperti apa.

Apa yang kupunya, tapi Tuhan masih punya lebih banyak lagi dari itu
Apa yang ku bisa, well, Tuhan terlalu bisa untuk melakukan banyak hal yang lain
Apa yang pernah aku alami, masih ada ribuan cerita yang Tuhan mau ukir di hatiku...
Intinya, itu sama sekali tidak ada apa-apanya!

Aku bersyukur jauh-jauh hari Tuhan ajar aku meletakkan. Mau aku ini sudah pelayanan model apa, tapi di sekolah ini aku jadi hamba, jadi siswa, jadi murid yang mau melembutkan hati untuk diajar dan diukir TUHAN sendiri. Aku inginkan pengalaman-pengalaman baru dengan DIA. Oleh karena itu, aku memilih terbang bersamaNYA. Aku memilih belajar mengikuti ritmeNYA.

Dan hari ini, seharusnya aku ingin mengikuti latihan tari di Holy Stadium, tapi kemudian setelah penyembahan Tuhan gerakkan untuk ikut bagian singer dan pemuji bersama Pak Hasto. Ternyata Tuhan sudah siapkan hal lain yang luar biasa, porsiku, dan aku sangat bersyukur memilih yang Tuhan mau. Thank you Holy Spirit!

Pak Hasto bercerita tentang bagaimana “pembersihan” yang dari Tuhan itu mulai ada di hidupnya. Segala macam yang berasal dari kerutinitasan dan roh agamawi itu penyebabnya. Hal itu disharingkan sebagai  pembelajaran juga buatku. Apalagi mengingat latar belakangku di pelayanan. Kemudian Pak Hasto bercerita, semakin tinggi engkau dinaikkan levelmu, berarti semakin dibersihkan dari apa yang Tuhan tidak suka. Kalau masih di level biasa misalnya, tidak ada hadirat Tuhan, tidak merasakan itu masih bisa maklum, tapi begitu naik level, tidak ada hadirat Tuhan yang nyata di tengah-tengah kita, itu suatu bahaya besar.

Aku ingat diriku.
Si kecil ini memulai semuanya dengan Anugerah. Kalau bukan anugerah, bagaimana bisa seorang anak yang baru saja kemarin lahir baru sudah dipilih melayaniNYA. Rasa syukur itu terus bergelora, sehingga ketika aku ingat bagaimana perjuangan bahkan untuk datang bersekutu dan berdoa saja, memimpin Pujian itu sudah hal yang sangat besar. Dan itu bisa membuatku meneteskan airmata karena syukur.

Hari, bulan dan tahun berganti.
Rutinitas membuatku mulai capek. Membuatku mulai berkata “ahh, pasti Cuma begini dan begitu. Ahh, masih ada kesempatan yang lain untuk memimpin Pujian jadi kalau hari ini nggak ada hadirat Tuhan, ya sudahlah.”

Kini aku sadar, kegoblokanku!

Aku menyia-nyiakan bukan hanya talenta tapi Anugerah.
Belum tentu begitu pulang dari IMPACT aku bisa masuk pelayanan sebagai Worship Leader lagi. Tapi kerinduan di hatiku begitu besar. Aku inginkan hal itu bahkan lebih. Tapi dulu aku begitu tidak maksimal dalam melayani seolah-olah aku memiliki waktu selamanya. Aku lupa, sama sekali lupa, kalau yang mengantri di posisiku saat itu mungkin sudahbanyak dan TUANku bisa menggantiku kapan saja.

Syukur pada Tuhan kalau hari ini Tuhan masih mau mengingatkanku.
Aku tahu Dia masih beri kesempatan bagiku.
Yup, hadirat Tuhan yang nyata bukan Cuma dilukiskan dengan airmata (sometimes, my tears are really crocodile tears) tapi mengalami pengalaman pribadi dengan Tuhan lebih lagi.

Tuhan, malam ini aku hanya berkata, jangan biarkan aku kehilangan tiap kairos dariMU untuk belajar hal baru, hal besar, dan bekal hidupku. Tuhan jangan palingkan wajahMU terhadapku. Jangan pernah ambil RohMU dariku. Jangan biarkan aku hilang!

Thank you a million.
Love YOU so much.
 

Partners