Dalam bulan-bulan dan minggu-minggu ini, semenjak
Perayaan Purim dan janji Tuhan di Sion (Cirebon) yang aku dapatkan rekaman
ibadahnya dan aku terima dengan iman jadi bagianku juga, Tuhan buat suatu hal
yang sangat ajaib bagikuu. Buatku ini juga pelatihan buatku belajar mengerti
Passion!
Cinta dan gelora, sehingga setiap langkah, gerak,
tarian, nyanyian, pekerjaan yang kami lakukan adalah wujud penyembahan kami.
Belajar menjadikan Tuhan Yesus pusat dari
kehidupan kita.
Setiap bangun dari tidur, ada satu kalimat seorang
senior yang terus terngiang di telingaku, “benarkah Yesus nomor satu di
hidupmu? Setiap pagi setiap bangun tidur, apa yang pertama kali kamu ingat?”
Jujur, Hape dan BB jdi yang pertama aku pegang
ketika bangun tidur.
Dan setiap kali pula, kalimat itu terngiang di
telingaku.
Jujur, tipikal orang moody sepertiku itu
seringkali begitu menyala-nyala dan kadang meredup karena satu hal sepele,
“Tidak mood!” itulah yang Tuhan sdang proses dalam hidupku. Bukan dengan
kekuatanku kalau aku bisa berdiri dengan gelora cinta. Ketika membicarakan
rencana dan kehendak Tuhan ke depan, ya, aku sangat menyala-nyala dalam iman
dan harapNYA. Tapi tidak menyangkal, apa yang kulihat terkadang melemahkan.
Tapi itulah dahsyatnya Tuhanku, semakin hari berjalan denganNYA dan melihat
kuasaNYA setiap kali, mengalamiNYA sendiri dalam hidupku, itu menguatkan imanku
setiap kali. Aku tahu Dia lebih mampu, lebih tahu bagaimana memprosesku, lebih
tahu bagaimana menolongku, atau menguatkanku. Yang paling aku bersyukur adalah
punya pondasi baru di dalamNya. Mungkin hasil dari prosesku 6 bulan di Semarang
tidaklah sama dengan kebanyakan seniorku yang langsung terjun ke peperangan
alam Roh dan sangat peka. Tapi yang Tuhan taruh di hatiku, Dia sedang
membentukku dan menghancurkan karakter lama di dalam diriku. Pola pikir yang
gampang menyerah dengan tantangan, rendah diri, tidak berani, cari perkenanan
manusia, dll itu yang Tuhan keruk habis. Kalau dijelaskan satu persatu, tidak
akan muat halaman web ini. Yang pasti cintaNYA itu mengubahkanku. Belum
sepenuhnya, tapi aku sangat yakin 6 bulan yang begitu berkesan membekas dengan
sangat dalam bahkan sampai ke loh hatiku. Karena DIA begitu mencintaiku.
Padahal siapa sih aku ni? Nakalnya minta ampun, bandel, dan hal-hal yang jelek
lain.
Yang membuatku terheran-heran dengan cintaNYA
adalah bagaimana DIA selalu membuatku terpesona dan membuatku ingin selalu
berkata ya dan memberikan yang terbaik untukNYA.
Dia mengajariku apa itu Passion dariNYA.
Bukan sekedar mencintai apa yang kau lakukan
karena terpaksa, tapi karena kau tahu apa yang kau lakukan adalah
menyenangkanNYA.
Aku temukan panggilanku dan ya, ada banyak hal
yang harus aku letakkan sebelum aku bisa melihat dengan jelas apa panggilanNYA
dalam hidupku. Ego, kesenanganku, dan hal-hal yang tidak ada manfaatnya bagiku.
Ya, dan aku sama sekali tidak iri dengan panggilan orang lain yang mungkin
kelihatannya lebih besar. Yang penting yang Tuhan mau.
Dan inilah yang membuatku takjub.
Setelah menerima dengan iman panah kemenangan,
janji Tuhan di hari Purim. Dalam alam jasmani, datang panggilan interview di
suatu sekolah yang sebenarnya aku masukkan lamaran sebelum aku masuk IMPACT.
Ada lucu dengan lamaran ini. Sekolah tersebut membutuhkan guru pengganti
secepatnya karena ada guru yang tiba-tiba keluar. Seorang teman yang juga guru
disana menyuruhku untuk mencoba melamar, waktu itu aku sedang terombang-ambing
antara berangkat ke Semarang atau kerja karena waktu itu aku baru saja lulus
kuliah. Aku tahu panggilanku mengikuti IMPACT terlebih dulu, tapi secara
manusia aku capek dengar mamaku yang minta aku segera bekerja. Oke, jadilah aku
bertaruh pada hari itu untuk menyerahkan lamaran, kira-kira 3 bulan sebelum
masa pendidikan IMPACT. At least dalam waktu 3 bulan aku bisa bekerja. Tapi
tetap aku berdoa, “Tuhan paksakan rencanaMU yang jadi!” dan inilah yang terjadi. Aku menyerahkan
lamaran pada jam 8 pagi, sementara jam 7 pagi di hari yang sama, kepala sekolah
sudah menerima guru baru sehingga aku tidak dipanggil. See, akhirnya aku cuma
berkata kalau ditanya, “yah, aku kan sudah coba. Belum jatahku mungkin!” dan
jatahku kini tiba! Tepat waktuNYA! Dia yang lebih tahu kapan kita siap untuk
menerima jatah kita.
Aku belajar tentang Passion, dan masih terus minta
Tuhan ajari.
Yang pertama kali Tuhan ajari padaku adalah
bagaimana aku bernyanyi, bekerja dan melakukan sesuatu karena memang dari hati.
Nyanyi dari hati itu kau tahu apa yang kau nyanyikan, kau menyanyikan seperti
tengah bercerita dan ketika kau bernyanyi bahkan sampai gerak tubuh dan binar
matamu akan mengatakan setiap lirik itu. Itu yang terus aku minta. Dan mustahil
sih kalau tidak ada pengalaman pribadi dan keintiman denganNYA. Seperti yang
aku bilang tadi, ini buruknya aku, begitu moody kadang aku susah sekali connect
ke Tuhan. He’s working on it, i believe.
Lord, i cant help mysef adoring YOU!
You’re so awesome!
Beberapa hari yang lalu aku mencoba mengexplore
talenta yang DIA beri. Ya, karena aku tidak mau mengubur talenta yang DIA beri
dan menuai murka. Padahal hati kebat-kebit juga karena buatku ini kali pertama
aku terjun sebagai HOST acara, padahal kalau di gereja, kalau lagi diluar
nyanyian, waktu baca pengumuman gitu yang ada aku ngomong terbata-bata. Ini
entah kenapa juga, yang dulunya si minder, kini dibawa jadi public speaker.
See... my LORD is soooooo unbelievable!!!!
Passion itu tidak pernah mempersoalkan berapa
banyak uang yang kau dapatkan.
At least itu yang sedang Tuhan ajarkan di hidupku.
Ketika kau memiliki cinta, kau tidak pernah keberatan seberapa pun kau dibayar.
Aku tidak sempurna! Aku masih belum punya itu seluruhnya. Aku masih
perhitungan. Tapi aku belajar, seberapapun itu berkat yang Tuhan beri, bukan
karena itu tapi karena aku mau melakukannya untuk menyenangkanNYA.
Selanjutnya, aku memulai bukan dengan hal yang
besar. i wont stop learning! Till i can fly higher and higher.
*update
kesaksian ini saya sengaja perlambat postingnya padahal sudah saya tulis beberapa bulan yang lalu karena sebenarnya waktu itu surat tugas blm jelas. baru diberi pengumuman lisan dari yayasan. dan simpang siur berita bahwa seorang teman yang lain yang mendapatkan posisi itu. sempat saya merasa kecil hati tapi buat saya, saya belajar untuk meletakkan semuanya di tangan TUHAN. kalaupun saya tidak dapat posisi itu, Tuhan punya rencana yang lebih besar. tapi semuanya terjawab dengan surat tugas yang sebenarnya. so, here i am...
saya baru memulai tugas baru saya sebagai guru kira-kira seminggu ini, yang lucu buat saya, dulu ketika kecil saya suka berdandan dengan rok sepan dan kemeja rapi sambil menyandang tas di bahu, mematut-matut di kaca dan berkata "aku kayak bu guru". dan senin kemarin ketika saya memandangi kaca sebelum berangkat kerja dengan penampilan yang rapi jali sepan hitam dan kemeja lengan panjang serta heels formal, saya diingatkan memory kecil itu. Bukankah ini persis seperti cerita "pesta kostum" yang aku pernah baca.
Ada sebuah undangan ke sebuah pesta yang mewajibkan pesertanya berdandan sesuai cita-citanya. Dan beberapa tahun kemudian pun mereka menjadi seperti yang mereka cita-citakan.
Destiny is a choice. Tapi semuanya ada dalam kendali tangan TUHAN.
Love GOD so much.