Shalom
Di tengah-tengah
kesibukan dan pergumulan untuk menentukan satu dan lain hal, Tuhan beri hadiah
yang sangat manis di tengah-tengah semua itu. Yaitu hadiratNYA yang kuat dan
menyegarkan jiwaku yang mulai letih dalam kerutinitasan kegiatan di sekolah
ini. Well, jangan kira karena di sekolah Roh Kudus yang menggebu-gebu kita ndak
bisa kehilangan passion. Justru karena kita udah biasa, masuk kelas,
penyembahan trus bahasa roh kenceng-kenceng, di satu titik kita tidak tahu kita
melakukannya sampai seluruh sel kita berdoa pada Tuhan atau Cuma sekedar biar
“rame”.
Well, hari ini, aku tidak
sadar kalau aku mulai mengalami hal itu dalam keseharian. Habis penyembahan
trus dengerin khotbah. That’s it!
Tapi melalui ibu asrama
kami, aku diingatkan : jangan sampai rutinitas itu membuat kamu kehilangan
Tuhan. Kita nggak sadar kalau sebenarnya Tuhan sudah tidak ada lagi dan kita
sudah melenceng. Ingat! Tuhan itu pribadi. Kalau kita senangkan DIA dengan
menyajikan apa yang Dia senangi, tentu Dia akan semakin ingin dekat dengan
kita. Kalau kita menyepelekan Dia, tentu Dia juga akan pergi.
Aku ingat, ketika aku
hendak pergi belajar ke IMPACT, salah satu pergumulanku adalah WL pengganti di
gereja lokalku. Aku mencintai memuji Tuhan dan memimpin pujian. Aku ingin membawa
jemaat masuk dalam cintaNYA dan hadiratNYA yang sedemikian rupa, tapi rasa
bosan karena tiap kali aku memimpin toh nyatanya stuck, stag dan nggak bisa
“tembus”. Aku pakai kekuatanku dan semakin melorot, yang ada Cuma capek dan
akhirnya aku “kering”.
Ketika mendekati masuk
IMPACT, tiba-tiba pemimpinku sudah melatih seorang WL baru yang siap “terjun ke
lapangan”. Well, aku anggap ini jawaban doaku, sehingga aku tidak meninggalkan
ladang tanpa pekerja. Aku percaya Tuhan sanggup menyediakan yang lain. Sementara
itu aku pergi sekolah bukan hanya untuk menambah pengetahuan atau membentuk
karakter tapi yang paling darurat waktu itu adalah aku sudah bosan dengan semua
rutinitas. Melayani sekedarnya, bahkan aku malas berlatih. Sudahlah toh nanti
pasti begitu saja, itu sering muncul di pikiranku. Tapi dalam hatiku aku rindu
Tuhan menjamah begitu kuat. Sayangnya aku sudah terlalu lelah dengan “diriku
sendiri” sehingga pelayanan itu begitu menjadi beban berat di pundakku.
Begitu masuk IMPACT
rasanya beban pelayanan itu hilang dari pundakku, ya, karena aku tidak perlu
“sok rohani” di depan jemaat. Aku tidak perlu bersikap seolah aku sedang jatuh
cinta pada Tuhan sedangkan aku sendiri kosong. Well, itulah aku yang dahulu,
jujur itulah aku. Tapi ketika aku begitu penuh dengan hadirat Tuhan dan
urapanNYA, cintaNYA, hari-hari ini aku begitu rindu memimpin jemaat untuk
memuji Tuhan dan membawa mereka masuk hadiratNYA.
Di sekolah ini, aku
begitu lega sekaligus menjadi diri sendiri. Well, orang yang baru kukenal ini
tidak mengetahui apa aku ini WL atau apa, padahal kalau di gereja lokal, hampir
semua tahu dan bahkan aku merasa mulai seperti jago kandang. Well, katak dalam
tempurung ini sudah melihat kurang lebih dunia ini seperti apa.
Apa yang kupunya, tapi
Tuhan masih punya lebih banyak lagi dari itu
Apa yang ku bisa, well,
Tuhan terlalu bisa untuk melakukan banyak hal yang lain
Apa yang pernah aku
alami, masih ada ribuan cerita yang Tuhan mau ukir di hatiku...
Intinya, itu sama sekali
tidak ada apa-apanya!
Aku bersyukur jauh-jauh
hari Tuhan ajar aku meletakkan. Mau aku ini sudah pelayanan model apa, tapi di
sekolah ini aku jadi hamba, jadi siswa, jadi murid yang mau melembutkan hati
untuk diajar dan diukir TUHAN sendiri. Aku inginkan pengalaman-pengalaman baru
dengan DIA. Oleh karena itu, aku memilih terbang bersamaNYA. Aku memilih
belajar mengikuti ritmeNYA.
Dan hari ini, seharusnya
aku ingin mengikuti latihan tari di Holy Stadium, tapi kemudian setelah
penyembahan Tuhan gerakkan untuk ikut bagian singer dan pemuji bersama Pak
Hasto. Ternyata Tuhan sudah siapkan hal lain yang luar biasa, porsiku, dan aku
sangat bersyukur memilih yang Tuhan mau. Thank you Holy Spirit!
Pak Hasto bercerita
tentang bagaimana “pembersihan” yang dari Tuhan itu mulai ada di hidupnya.
Segala macam yang berasal dari kerutinitasan dan roh agamawi itu penyebabnya.
Hal itu disharingkan sebagai
pembelajaran juga buatku. Apalagi mengingat latar belakangku di
pelayanan. Kemudian Pak Hasto bercerita, semakin tinggi engkau dinaikkan
levelmu, berarti semakin dibersihkan dari apa yang Tuhan tidak suka. Kalau
masih di level biasa misalnya, tidak ada hadirat Tuhan, tidak merasakan itu
masih bisa maklum, tapi begitu naik level, tidak ada hadirat Tuhan yang nyata
di tengah-tengah kita, itu suatu bahaya besar.
Aku ingat diriku.
Si kecil ini memulai
semuanya dengan Anugerah. Kalau bukan anugerah, bagaimana bisa seorang anak
yang baru saja kemarin lahir baru sudah dipilih melayaniNYA. Rasa syukur itu
terus bergelora, sehingga ketika aku ingat bagaimana perjuangan bahkan untuk
datang bersekutu dan berdoa saja, memimpin Pujian itu sudah hal yang sangat
besar. Dan itu bisa membuatku meneteskan airmata karena syukur.
Hari, bulan dan tahun
berganti.
Rutinitas membuatku mulai
capek. Membuatku mulai berkata “ahh, pasti Cuma begini dan begitu. Ahh, masih
ada kesempatan yang lain untuk memimpin Pujian jadi kalau hari ini nggak ada
hadirat Tuhan, ya sudahlah.”
Kini aku sadar,
kegoblokanku!
Aku menyia-nyiakan bukan
hanya talenta tapi Anugerah.
Belum tentu begitu pulang
dari IMPACT aku bisa masuk pelayanan sebagai Worship Leader lagi. Tapi
kerinduan di hatiku begitu besar. Aku inginkan hal itu bahkan lebih. Tapi dulu
aku begitu tidak maksimal dalam melayani seolah-olah aku memiliki waktu
selamanya. Aku lupa, sama sekali lupa, kalau yang mengantri di posisiku saat
itu mungkin sudahbanyak dan TUANku bisa menggantiku kapan saja.
Syukur pada Tuhan kalau
hari ini Tuhan masih mau mengingatkanku.
Aku tahu Dia masih beri
kesempatan bagiku.
Yup, hadirat Tuhan yang
nyata bukan Cuma dilukiskan dengan airmata (sometimes, my tears are really
crocodile tears) tapi mengalami pengalaman pribadi dengan Tuhan lebih lagi.
Tuhan, malam ini aku
hanya berkata, jangan biarkan aku kehilangan tiap kairos dariMU untuk belajar
hal baru, hal besar, dan bekal hidupku. Tuhan jangan palingkan wajahMU
terhadapku. Jangan pernah ambil RohMU dariku. Jangan biarkan aku hilang!
Thank you a million.
Love YOU so much.
No comments:
Post a Comment