Saturday, July 7, 2012

New Spirit of Worship


Shalom
Di tengah-tengah kesibukan dan pergumulan untuk menentukan satu dan lain hal, Tuhan beri hadiah yang sangat manis di tengah-tengah semua itu. Yaitu hadiratNYA yang kuat dan menyegarkan jiwaku yang mulai letih dalam kerutinitasan kegiatan di sekolah ini. Well, jangan kira karena di sekolah Roh Kudus yang menggebu-gebu kita ndak bisa kehilangan passion. Justru karena kita udah biasa, masuk kelas, penyembahan trus bahasa roh kenceng-kenceng, di satu titik kita tidak tahu kita melakukannya sampai seluruh sel kita berdoa pada Tuhan atau Cuma sekedar biar “rame”.

Well, hari ini, aku tidak sadar kalau aku mulai mengalami hal itu dalam keseharian. Habis penyembahan trus dengerin khotbah. That’s it!

Tapi melalui ibu asrama kami, aku diingatkan : jangan sampai rutinitas itu membuat kamu kehilangan Tuhan. Kita nggak sadar kalau sebenarnya Tuhan sudah tidak ada lagi dan kita sudah melenceng. Ingat! Tuhan itu pribadi. Kalau kita senangkan DIA dengan menyajikan apa yang Dia senangi, tentu Dia akan semakin ingin dekat dengan kita. Kalau kita menyepelekan Dia, tentu Dia juga akan pergi.

Aku ingat, ketika aku hendak pergi belajar ke IMPACT, salah satu pergumulanku adalah WL pengganti di gereja lokalku. Aku mencintai memuji Tuhan dan memimpin pujian. Aku ingin membawa jemaat masuk dalam cintaNYA dan hadiratNYA yang sedemikian rupa, tapi rasa bosan karena tiap kali aku memimpin toh nyatanya stuck, stag dan nggak bisa “tembus”. Aku pakai kekuatanku dan semakin melorot, yang ada Cuma capek dan akhirnya aku “kering”.

Ketika mendekati masuk IMPACT, tiba-tiba pemimpinku sudah melatih seorang WL baru yang siap “terjun ke lapangan”. Well, aku anggap ini jawaban doaku, sehingga aku tidak meninggalkan ladang tanpa pekerja. Aku percaya Tuhan sanggup menyediakan yang lain. Sementara itu aku pergi sekolah bukan hanya untuk menambah pengetahuan atau membentuk karakter tapi yang paling darurat waktu itu adalah aku sudah bosan dengan semua rutinitas. Melayani sekedarnya, bahkan aku malas berlatih. Sudahlah toh nanti pasti begitu saja, itu sering muncul di pikiranku. Tapi dalam hatiku aku rindu Tuhan menjamah begitu kuat. Sayangnya aku sudah terlalu lelah dengan “diriku sendiri” sehingga pelayanan itu begitu menjadi beban berat di pundakku.

Begitu masuk IMPACT rasanya beban pelayanan itu hilang dari pundakku, ya, karena aku tidak perlu “sok rohani” di depan jemaat. Aku tidak perlu bersikap seolah aku sedang jatuh cinta pada Tuhan sedangkan aku sendiri kosong. Well, itulah aku yang dahulu, jujur itulah aku. Tapi ketika aku begitu penuh dengan hadirat Tuhan dan urapanNYA, cintaNYA, hari-hari ini aku begitu rindu memimpin jemaat untuk memuji Tuhan dan membawa mereka masuk hadiratNYA.

Di sekolah ini, aku begitu lega sekaligus menjadi diri sendiri. Well, orang yang baru kukenal ini tidak mengetahui apa aku ini WL atau apa, padahal kalau di gereja lokal, hampir semua tahu dan bahkan aku merasa mulai seperti jago kandang. Well, katak dalam tempurung ini sudah melihat kurang lebih dunia ini seperti apa.

Apa yang kupunya, tapi Tuhan masih punya lebih banyak lagi dari itu
Apa yang ku bisa, well, Tuhan terlalu bisa untuk melakukan banyak hal yang lain
Apa yang pernah aku alami, masih ada ribuan cerita yang Tuhan mau ukir di hatiku...
Intinya, itu sama sekali tidak ada apa-apanya!

Aku bersyukur jauh-jauh hari Tuhan ajar aku meletakkan. Mau aku ini sudah pelayanan model apa, tapi di sekolah ini aku jadi hamba, jadi siswa, jadi murid yang mau melembutkan hati untuk diajar dan diukir TUHAN sendiri. Aku inginkan pengalaman-pengalaman baru dengan DIA. Oleh karena itu, aku memilih terbang bersamaNYA. Aku memilih belajar mengikuti ritmeNYA.

Dan hari ini, seharusnya aku ingin mengikuti latihan tari di Holy Stadium, tapi kemudian setelah penyembahan Tuhan gerakkan untuk ikut bagian singer dan pemuji bersama Pak Hasto. Ternyata Tuhan sudah siapkan hal lain yang luar biasa, porsiku, dan aku sangat bersyukur memilih yang Tuhan mau. Thank you Holy Spirit!

Pak Hasto bercerita tentang bagaimana “pembersihan” yang dari Tuhan itu mulai ada di hidupnya. Segala macam yang berasal dari kerutinitasan dan roh agamawi itu penyebabnya. Hal itu disharingkan sebagai  pembelajaran juga buatku. Apalagi mengingat latar belakangku di pelayanan. Kemudian Pak Hasto bercerita, semakin tinggi engkau dinaikkan levelmu, berarti semakin dibersihkan dari apa yang Tuhan tidak suka. Kalau masih di level biasa misalnya, tidak ada hadirat Tuhan, tidak merasakan itu masih bisa maklum, tapi begitu naik level, tidak ada hadirat Tuhan yang nyata di tengah-tengah kita, itu suatu bahaya besar.

Aku ingat diriku.
Si kecil ini memulai semuanya dengan Anugerah. Kalau bukan anugerah, bagaimana bisa seorang anak yang baru saja kemarin lahir baru sudah dipilih melayaniNYA. Rasa syukur itu terus bergelora, sehingga ketika aku ingat bagaimana perjuangan bahkan untuk datang bersekutu dan berdoa saja, memimpin Pujian itu sudah hal yang sangat besar. Dan itu bisa membuatku meneteskan airmata karena syukur.

Hari, bulan dan tahun berganti.
Rutinitas membuatku mulai capek. Membuatku mulai berkata “ahh, pasti Cuma begini dan begitu. Ahh, masih ada kesempatan yang lain untuk memimpin Pujian jadi kalau hari ini nggak ada hadirat Tuhan, ya sudahlah.”

Kini aku sadar, kegoblokanku!

Aku menyia-nyiakan bukan hanya talenta tapi Anugerah.
Belum tentu begitu pulang dari IMPACT aku bisa masuk pelayanan sebagai Worship Leader lagi. Tapi kerinduan di hatiku begitu besar. Aku inginkan hal itu bahkan lebih. Tapi dulu aku begitu tidak maksimal dalam melayani seolah-olah aku memiliki waktu selamanya. Aku lupa, sama sekali lupa, kalau yang mengantri di posisiku saat itu mungkin sudahbanyak dan TUANku bisa menggantiku kapan saja.

Syukur pada Tuhan kalau hari ini Tuhan masih mau mengingatkanku.
Aku tahu Dia masih beri kesempatan bagiku.
Yup, hadirat Tuhan yang nyata bukan Cuma dilukiskan dengan airmata (sometimes, my tears are really crocodile tears) tapi mengalami pengalaman pribadi dengan Tuhan lebih lagi.

Tuhan, malam ini aku hanya berkata, jangan biarkan aku kehilangan tiap kairos dariMU untuk belajar hal baru, hal besar, dan bekal hidupku. Tuhan jangan palingkan wajahMU terhadapku. Jangan pernah ambil RohMU dariku. Jangan biarkan aku hilang!

Thank you a million.
Love YOU so much.
 

No comments:

Partners