Friday, June 24, 2011

♥ Mirror-mirror:: FREEDOM?!?? ♥


Aku baru saja nonton –lagi – film Cat Woman versi si keren Halle Berry yang diputar lagi di stasiun tivi swasta. Karena sebenarnya waktu nonton aku nggak sepenuhnya nonton tapi hanya kupingnya aja yang nangkep suaranya tivi sedangkan mataku sibuk melototin layar laptop, sambil garap skripsi ceritanya nih. Tapi langsung aku tertarik mendengar percakapan antara Patience Phillip (yang nantinya jadi Cat Woman) sama si empunya kucing sakti, Midnight, yang nggak tahu aku nama tuh nyonya siapa. Tapi satu kalimatnya yang membuatku berpikir sejenak.

“Ketika kamu tidak menyangkal keberadaanmu dan menerima keadaanmu maka kamu akan bebas. Dan kebebasan itulah yang memberikanmu kekuatan.”

Hmmm, buat si Patience wejangan nyonya ini juga diingatnya sampai ketika dia akhirnya menjelma menjadi cat woman sejati. Sebagaimana aku menerima wejangan nyonya ini buatku (tapi tenang saja, aku tidak akan berubah menjadi cat woman atau apa. Yah, masih Batgirl atau kalong girl kalau masih melek sampai pagi terus -,-“ )
Tapi buatku, kata-kata ini mengingatkan pada ayat di alkitab. 

“Sebab Tuhan adalah Roh, dan dimana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan”
2 Korintus 3:17

Buat kita, mengakui keberadaan kita sebagai seseorang yang punya kelemahan, dosa dan ketidakmampuan untuk suatu hal yang Tuhan perintahkan itu suatu keharusan. Buat apa kita merasa mampu menolak dosa dengan kekuatan kita sendiri tapi akhirnya jatuh dalam dosa. Atau kita mengingkari bahwa sebenarnya kita masih punya kepahitan dan tidak bisa memaafkan orang yang bersalah pada kita, tapi tidak mau menerima keadaan kita, terus menyangkal, dan tidak mau disembuhkan. Bukankah itu bisa jadi berabe?!

Beberapa hari yang lalu aku mendengarkan sebuah khotbah yang sangat mengena dan menelusuk hati saya, karena memang setelah itu saya jadi memeriksa hati saya lagi. Khotbah ini tentang mengampuni.  Hal yang satu ini aku pikir aku sudah lolos dan lulus. Tapi ternyata ada banyak hal yang belum kulakukan (pada waktu khotbah itu diberikan, tapi kalau sekarang saya percaya sudah) ketika aku berkata aku mengampuni, tapi aku masih terus teringat kesalahan-kesalahan seseorang padaku. Aku berkata aku mengampuni tapi aku menunggu dia meminta maaf secara terbuka padaku. Aku berkata aku mengampuni tapi aku memandang dia tidak ada sekalipun setiap kali dia ada di satu ruangan bersamaku. 

Sesungguhnya, aku sudah merasa mengampuni. Padahal Tuhan bilang itu belum! Karena mengampuni itu seperti surat perjanjian yang dirobek-robek sampai tidak ada lagi. Mengampuni dan melupakan seolah semuanya itu tidak pernah terjadi. Mengampuni itu seperti penghapusan utang dan tidak perlu diingat atau ditagih lagi. Mengampuni itu ditunjukkan dengan tindakan juga.  bisakah engkau berlaku seperti sebelum engkau merasa disakiti?

Sebenarnya aku tidak mampu. Lidahku kelu setiap kali berhadapan dengannya. Aku kadang lebih ingin memilih diam saja. Memilih menganggap dia tidak ada disana. Tapi percuma jika seperti itu terus. Karena sekalipun aku tidak menganggap dia ada disana, tapi kesalahannya itu masih ada di dalam hatiku. Itu yang membuatku merasa terganggu atas kehadirannya.

Tapi benar aku benar-benar mau mengampuni dengan tindakan juga. karena sebelumnya aku juga pernah disakiti dan berpikir kalau aku akan sulit mengampuninya sebut saja A. Tapi ternyata semuanya baik-baik saja, dan bahkan kami bisa menjadi saudara yang akrab dan baik. Mungkin karena waktu itu dengan B, aku masih belum mendapatkan yang namanya penjelasan dan penyelesaian atas tindakan-tindakannya dulu padaku. Kalau dengan A, kami sudah berbicara satu sama lain dan melegakan sekali setelah itu. 

Aku tahu A dan B orang yang berbeda sifat dasar dan aku tidak mau membuatnya lebih rumit. Aku tahu bahwa B tidak akan mau memberi penjelasan apapun padaku atau alasan apapun. Tapi biarlah sekarang ini menjadi sebuah surat hutang yang aku bakar, hangus dan hilang tak berbekas. Tidak dapat ditilik kembali apa isi di dalamnya. 

Dan beberapa hari yang lalu, setelah berdoa, bahwa sebenarnya aku mau mengampuni sebagaimana Bapa mau. Tapi aku nggak punya kekuatan. Akhirnya perlahan aku mulai merasa lepas. Mulai bisa berbicara dengan tenang tanpa harus merasa tegang atau menganggap tidak ada. 

“Bukan orang yang menyakitimu yang harus kau anggap tidak ada, tapi kesalahan-kesalahannya padamu yang harus kau anggap tidak pernah ada.”
Karena itulah yang membawa kesembuhan bagi tulang-tulangmu, membawa kebebasan dan kekuatan untuk bertahan. ^^
-Lee Naomi-

No comments:

Partners