Thursday, June 16, 2011

♥ Mirror-Mirror:: SI SULUNG ♥

                 
Suatu hari aku merasa begitu cemburu kepada seseorang. Cemburu ini bukan karena apa-apa tapi karena dia baru menjadi anak Tuhan tapi sudah seolah-olah melebihiku (memang kalau udah akhir jaman gini yang baru-baru pun dipakai Tuhan kadang bisa lebih dari yang lama) . iya, memang kedengarannya aku begitu sombong. tapi terlintas di pikiranku seperti ini : Dia kan sudah mempunyai segalanya. Dia kaya, cantik, supel, disenangi banyak orang, semua kriteria idaman yang tidak ada padaku ada padanya bahkan apa yang dulu jadi milikku pun sekarang menjadi miliknya. Jadi kenapa hartaku yang paling berharga satu-satunya yang aku punya dan aku bisa banggakan harus dilebihi dia juga. Terlebih bahkan teman-temanku pun seolah lebih menyukai ketimbang aku. 

Beberapa saat aku jadi njegot alias ngambek ke Bapa. Kok begini sehhh Bapa?? Kok dia jadi punya segalanya. Sedangkan yang kupunya satu-satunya kenapa kok disaingi juga olehnya?? Apa nggak cukup dia cantik secara jasmani dan memiliki segalanya secara jasmani? Kenapa yang rohani juga ikut diambil juga??

Jujur saja, waktu itu aku merasa Bapa bener-bener euhhh ya begitu deh. Rasanya ngambek banget. Tidak sadar, tapi kemudian aku teringat kisah Perumpamaan tentang anak yang hilang (Lukas 15:11-32). Semua pasti sudah dengar juga ceritanya kan? Tentang dua orang anak dari seorang Bapa. Yang bungsu itu nuakallnya minta ampun, menghabiskan jatah warisannya, nakal tapi kemudian kembali kepada Bapanya ketika terdesak dan sang Bapa menyambutnya dengan hangat bahkan menyembelihkan lembu tambun untuk pesta penyambutan kepulangan si bungsu. Mendengar hal itu si sulung yang selama ini taat dan setia menjadi marah. 

maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masu. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengannya. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya, “ telah bertahun-tahun aku melayani Bapa dan belum pernah aku melanggar perintah Bapa, tetapi kepadaku belum pernah Bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak Bapa yang teolah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur maka Bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. Kata ayahnya kepadanya: anakku engkau selalu bersama-sama dengan aku dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” (Lukas 15:28-32)
                
 Diakui atau tidak diakui, setiap manusia dalam tahan proses dalam hidupnya pasti juga mengalami hal ini. Dan aku akui aku sendiri mengalaminya dan tidak menyangkal itu semua karena “aku” yang merasa telah melakukan segala sesuatu untuk Bapa. Padahal bukan “aku” tapi Bapa di dalamku. Dan dalam segala kengambekanku itu, aku merasakan hal yang sama yang dialami si sulung. Kok Bapa rasanya nggak adil ya? Kuakui, apa sih yang bisa aku banggakan dari diriku ini selain Yesus? Aku bangga menjadi salah seorang dari jutaan umat di dunia yang menunggu-nunggu kehadirannya. Aku bangga menjadi salah seorang dari ratusan juta umat manusia di dunia yang boleh mengenalnya. Tapi semua itu karena satu maksud, yaitu Kompensasi. Kompensasi karena aku merasa tidak memiliki apa-apa yang bisa aku banggakan di dunia ini. Aku belum punya harta seperti Donald Trump atau at least sebanyak yang Gayus Tambunan punya, dibilang cantik nggak juga, kepandaian pun muncul pada saat2 mendesak saja, ga bisa blabbing dengan orang yang baru dikenal, dan segudang hal yang nggak aku punya jika dibandingkan dengan orang lain. Sehingga jalan satu-satunya ialah meskipun orang tidak melihatku sebagai orang secantik Miss Indonesia tapi biarlah aku secantik Maria yang duduk di bawah kaki Yesus dan dipandang sebagai seseorang yang dekat denganNya. Padahal seseorang yang semakin dekat dengan Tuhan itu semakin rendah hati lho karena tahu semua yang ia punya itu datangnya dari Tuhan. 

Aku teringat seorang seniorku memberikan khotbah yang sangat bagus yang berkata, “kalau di dalam diri kita tidak ada motivasi jelek, nggak mungkin akan ada akar kesombongan kok!”
               
Semuanya berakar dari motivasi kita mengiring Yesus dan mengenalnya sebagai suatu pribadi. Apakah kita inginkan dia karena kita ingin berkat? Atau kita ingin disanjung? Atau kita hanya terlalu mengikuti kata-kata “biar miskin di dunia, tapi kaya di surga” atau “biar jelek muka saya, tapi hati saya cantik” dan memperalat Tuhan Yesus sebagai sarana mencapai aktualisasi diri.

Hmmmh, saya bertobat untuk hal itu. Karena itulah yang menyebabkan saya jatuh ke dalam kecemburuan yang Tuhan tidak ingini ada pada diri saya. Benar kata Tuhan kan “Mengapa harus muram mukamu kalau kau sudah berbuat baik?” sekalipun kebaikan kita tidak disambut antusias dengan orang lain, itu bukan masalah. Cuma kembali pada motivasi saja, kalau motivasinya cuma untuk disanjung, jika kebaikan kita tidak diperhatikan, ya yang ada ngambek gitu sama Tuhan. Kira-kira yang saya alami. :p
            
 Tapi karena Tuhan itu terlalu baik dan saya tahu dia sayang dengan semuanya, termasuk saya, akhirnya Dia mendatangi saya, keluar dan berbicara ada saya. Saat itulah pribadi ke-Bapa-annya muncul begitu kuat, dan aku hanya bisa menangis seperti anak sulung itu. Yang pada akhirnya berkata, “Bapa... maafkan aku... maafkan aku telah menjadi begitu bodoh karena mengira engkau menjadi pilih kasih dan tidak adil. Kalau aku inginkan Engkau lebih berkenan kepadaku, seharusnya aku membuang jauh semua iri hati ini dan semakin menyenangkanMu hari lepas hari sehingga apa yang ada padaku tidak akan diambil dan diberikan kepada orang lain... Bapa, give me another chance... “

-Lee Naomi-

Footnote:
Sebuah lagu yang aku senandungkan ketika menulis ini
Bersyukur selalu, bagi kasihMu di dalam hidupku...
Dan tak kan kuragu atas rencanaMu tuk masa depanku...
Sbagai Bapa yang baik, tak kan pernah Kau melupakanku...
Sbagai Bapa yang sangat baik, takkan pernah Kau meninggalkanku...
Kukan menari dan bersuka karenaMu oh... Yesusku
Dan kukan minum airMu bagai rusa rindu selalu...
Kuhidup dalamMu dan hidupMu di dalamku
Oh... Yesusku... Kau sangat kucinta....

-everyone has the darkest time in their lives; those who will survive are those who confess and back to the light. Those who won’t are those who buried all the darkness keep it and never admit it -Lee Naomi

No comments:

Partners