Dalam seminggu ini sebenarnya minggu penuh euforia namun
dalam euforia dari diriku sendiri itu membuatku melakukan kesalahan fatal yaitu
Menyimpang dari Tuhan. Ketika dalam pergumulan yang begitu rupa, dekat
denganNYA itu begitu indah, pokoknya pengen berdua, kanthil kemana-mana. Begitu pergumulan itu terlampaui dan hasil –
karenaNYA- luar biasa, rasa puas itu menghinggapi hati dan perlahan kepalaku
mulai berpaling.
Beberapa waktu pula, aku dengan kepongahanku merasa “bisa”
tanpa Dia, merasa “main atur sendiri” padahal Dia tidak perintahkan. Teguran
demi teguran tongkat didikanNya menerpaku. Sejujurnya, aku senang ketika Tuhan
masih terus mengingatkanku, terus mendidikku, terus mau mengoreksiku. Tanda
kasihNya begitu besar padaku. Sekalipun dalam beberapa waktu kemellowanku
membuatku agak “buntu”. Benar saja, apa yang aku alami tersebut diteguhkan
dengan sebuah khotbah yang aku dengarkan kembali siang ini. Bagaimana ketika
sikap hati kita saja sudah salah dihadapanNya, dalam sekejab akan “Habis”.
Merasa ingin menunjukkan “siapa saya” itu kesombongan yang membuatNYA tidak
bertindak apa-apa!
Begitu pula dengan pelajaran berkatNya, dengan semangat aku
belanjakan tanpa sama sekali bertanya untuk siapa seharunya berkat jasmani itu
aku gunakan. Dan kurasa aku sudah mendapatkan raporku dalam test ini : Remidi!
Bagaimana Tuhan bisa memberkati dengan yang lebih besar
kalau yang sekian saja aku masih kelimpungan mengaturnya? Padahal Dia sudah
rindu memakaiku sebagai BendaharaNya. Haduh, jangan sampai didapatinya sebagai
Bendahara yang tidak jujur di hadapanNya. Dan aku hanya bisa berkata “Tuhan,
daripada aku ini melenceng jauh dari Engkau, aku mau terima didikanMu terlebih
dahulu, sampai hati dan mentalku siap.”
Rasa puas melanda dengan luar biasa karena satu hal yang
menjadi momok bagiku aku lalui, memang baru tahap pertama, tapi ini menjadi
tahap yang begitu menentukan. Sebuah rhema mengingatkanku sebelum semuanya
terlambat : “Dia, Tuhan, menginginkan tidak hanya ketika duka saja kita bersama
denganNya. Namun baik suka maupun duka. Dia ingin keintiman yang sejati. Bukan
sekedar doa basa basi.”
Pelayanan keluar bukan dari skill-ku, kekuatan atau kemampuanku.
Tapi dari hubungan keintimanku denganNya. Tapi aku tahu, jauh sekali bahkan
seringkali aku lebih berpusat pada perasaanku. Kadang begitu menggebu kadang
letih lesu.
Dan hatiku begitu kacau kalau tidak menikmati HadiratNya.
Semuanya jadi serba salah.
Namun malam ini, aku bersimbuh di hadapanNya, dalam
pelukanNya, tersedu-sedu menangis karena terharu dengan kasihNYA yang luar
biasa. Setiap didikanNya, setiap kesempatan besar yang Dia beri, setiap
airmata, setiap tawa, hanya bersama denganNya. Dan setiap aku mendengar Rhema
yang kuat keluar dari mulutNYA, hatiku dan Rohku melonjak dalam sukacita. Aku
tahu, aku berjalan dalam destinyku. I’m on my way!
Kembali aku belajar meletakkan. Kembali aku belajar apa itu
belajar beriman dan tidak ngoyo dengan kekuatan sendiri. Kembali lagi aku
mengakui, karena cintaMu sajalah aku hidup dan biar karena perkenananMU pula
aku melalui segalanya. Aku hidup karena TitahMU, apa yang seharusnya aku
kuatirkan kalau KAU Penciptaku menjamin semuanya bagiku? Tidak ada!
Jadi kembalilah tenang hai Jiwaku, karena kau telah
menemukan Jantung Hati-mu.
“Hanya dekat Allah saja aku tenang, daripadaNya-lah
keselamatanku”
Dengan ditemani lagu Terima Kasih – Final Wave (Mahanaim)
kembali lagi hatiku dipenuhi dengan rasa kagum akan kebesaran kasihNYA dalam
hidupku. Kembali jiwaku dan Rohku bergairah mengingat setiap moment yang begitu
indah bersamaNYA. Setiap detik dalam keintiman, setiap menit dalam pelukanNYA.
Merasakan indahnya hasil KaryaNYA dalam hidupku. Sekalipun dalam prosesNya, dagingku
mengeluh. Aku merindukan saat-saat duduk diam dibawah kakiNYA, mendengar suara
lembutNya, mendengar Dia membagi isi hatiNya. Kadang cuma saling terdiam dan
airmataku tak hentinya mengalir, bukan karena sedih namun rasanya indah tiada
tara dan tidak bisa dilukiskan oleh apapun.
Aku rindu ketika Dia mengatakan dengan lembut, “You are MY
Own.”
Aku tahu dalam ketidaksempurnaanku, Engkau membawaku dekat
padaMu. Dalam setiap proses, bahkan dalam kejatuhanku, aku tahu tempat
terbaikku adalah di sisiMU senantiasa. Di hadiratMu, di pelukanMu itu hidupku.
didikanMu, yang mengukir hidupku, penyertaanMu, tidak bisa
aku ungkapkan kepada orang lain karena kami memiliki jatah masing-masing dan
pengalaman masing-masing. Tapi aku bersyukur aku mengalami apa yang aku alami
sehingga aku merasakan pengalaman pribadi bersamaMU lebih lagi.
Setiap proses adalah goresan indah dalam hidupku,
dalam setiap detilnya terukir namaMu.
Biar lagu cinta dan mazmur tercipta
Untuk menyanjung Engkau senantiasa
Karena di dalam kesesakan, Kau memberi kelegaan
dalam kehilangan, Kau berikan rasa aman
Dalam cintaMu kutemukan sukacita
Dalam dekapMu diriku utuh kembali
Dan inilah euforia yang sejati
No comments:
Post a Comment