Wednesday, September 28, 2011

† Tuhan Itu seorang "Pribadi" †

Ada berapa banyak orang yang menganggap Tuhan itu cuma sebuah benda??
Karena jika demikian, DIA tidak memiliki perasaan dan cuma "sebuah robot" yang akan menjawab setiap doa kita, cuma seorang robot yang akan berkata, "Yes" atau "No" atas permintaan kita.
Tuhan bukan jin tomang!!

Tapi aku sendiri pun mengalami, sekalipun aku tahu secara teori bahwa Tuhan itu pribadi, Roh Kudus itu pribadi. PRIBADI yang punya perasaan, mood, kehendak, keinginan, kerinduan, taste atau selera dan lain-lain. Begitulah teori yang kita tahu, yang aku tahu. Yang aku tahu, DIA mendengar doaku dan DIA menjawabnya dalam hatiku, atau terkadang aku tidak mendengar jawabNYA. Kupikir DIA tidak berbicara. Benar, secara teori aku percaya DIA hidup, tapi aku tidak pernah mengalami sendiri DIA berkata padaku dan berbicara dengan begitu jelas mengatakan tentang hatiNYA. Seringkali, Roh Kudus membukakan beberapa arti dalam ayat Alkitab yang kubaca. Menjadi Rhema, dan aku kira itu saja cara Tuhan berbicara denganku. 

Kemudian aku melayani dengan seleraku, dengan pendapatku, dengan apa yang baik di mataku, dengan apa yang ada di pikiranku, dengan konsepku. Aku tidak tahu mauNYA, aku pikir yang aku denger dan aku lihat di suatu kebaktian, cara mereka beribadah, aku kira itulah yang TUHAN mau dan berkenan.
BUKAN! Tuhan mau aku untuk lebih dekat padaNYA, dan mendengarNYA, mengerti hatiNYA. Bukan cuma datang menghadapNYA ketika di ibadah namun tiap saat berkomunikasi denganNYA. Suatu urapan yang baru disiapkan  untukku. Suatu urapan yang membawa kehidupan. Karena itulah yang hilang dari hidupku. Aku pikir, Tuhan akan terus setuju dengan apa yang berikan sebagai persembahan. DIA TUHAN YANG HIDUP DAN PUNYA SELERA! Kita saja pasti males kalau disuguhi dengan apa yang kita tidak suka, bosan karena tiap hari juga seperti itu. Apalagi Tuhan yang begitu kreatif, bagaimana kita bisa memberikan persembahan yang sama padaNYA dengan tidak menurut seleraNYA?? (well, ini yang menjadi perenunganku --yang sebenarnya lebih membutuhkan tindakan dan kemauan bayar harga).


Aku mulai tersadar bahwa TUHAN itu hidup dan benar-benar bisa berkomunikasi denganku bukan hanya dari dorongan hati, tapi DIA bisa diajak berbicara (masalahnya, kita yang ndak bisa dengar dengan baik, dan sebenarnya nggak mau dengar)

Suatu hari Pendeta yang punya karunia kenabian berkhotbah di gerejaku. Waktu itu aku tugas Worship Leader. Aku mempersiapkan segalanya sepenuh tenaga karena aku tahu kalau Pendeta ini pekanya bikin keder (hahaha, jadi langsung pemberesan dan lain2 dah) tapi aku berdoa juga sih di hati, "Tuhan, aku mau dapat pengajaran dan bagianku yang menegur. Kalau memang ada yang mau Engkau tegur, aku mau dapat bagianku" waktu itu aku berdoa dalam hati, pas beliau berkhotbah.


Detik berikutnya setelah aku berdoa itu, aku ditegur "habis-habisan".  Sebelumnya beliau sudah menyinggung Tahun baru Ayin Beth, (Mata Tuhan tertuju pada RUMAHNYA) dan beliau berkata juga kalau ini tahun pemerintahan TUHAN dalam setiap hidup kerohanian kita. Dimana apa salah dan dosa kita akan dibuka di depan umum, (Tuhan memerintah secara langsung dalam hidup kita, kita ajukan perkara kita di hadapan TUHAN)


Aku banyak dapat teguran yang membuatku tercelik akan kesalahanku. Aku pikir apa yang membuatku puas dengan caraku memuji dan menyembah Tuhan, itu bukan yang TUHAN mau.Tuhan mau aku duduk berdiam dekat TahtaNYA, meraba hatiNYA, mengerti seleraNYA, sebelum aku mulai mempersembahkan apa yang di hidupku. Bukan sekedar ibadah dan formalitas jam doa. Tapi bener-bener Tuhan maui itu yang kita kerjakan. Pikirku, kalau aku sudah menangis-nangis di hadapan TUHAN dan meratap, itu cukup (karena itu cuma melegakan hatiku dan jiwaku tapi itu tidak menyenangkan hati TUHAN) karena Tuhan terlebih ingin mencurahkan isi hatiNYA. mencurahkan cintaNYA.


Teguran itu jujur membuatku benar-benar tersentak tapi sebenarnya tidak "sakit" karena aku tahu ini akan terjadi, dan aku belajar menerima didikan juga. Lalu kemudian ini yang membuatku tersadar. Ketika altar call, aku maju. Pikirku, "Tuhan, aku tahu aku berdosa dan salah di hadapanMu karena aku ndak nurut dan lemah dalam berdoa. Nek gitu kasih aku kekuatan untuk mengalahkan kedaginganku agar aku bisa berdoa lebih lagi di hadapanMU."


Lalu kemudian, Beliau (Pendeta itu) menumpang tangan padaku dan mendoakan aku tentang Tuhan akan memuaskanku dengan mata air dari padaNYA yang mengalir keluar dari hadiratNYA. Dan begitu saja! Tidak ada jawaban untuk masalah yang tadi ditegur habis-habisan itu. Dan kemudian, aku berdoa dalam bahasa roh. Tidak tahu sebenarnya apa artinya.Tapi ketika Beliau mendengar doa bahasa Rohku, beliau mendengarkan kemudian mendoakan aku, sambil menjawab, "Tuhan berfirman, "haruskan kita berperkara lagi, Nak?? Bukankah semua yang kau butuhkan telah AKU berikan padamu. Kau sudah dilengkapi namun kau tidak juga bergerak. kesalahanmu sebenarnya bukan dosa besar cuma, kau suka menunda-nunda sehingga kau kehilangan momen2 yang sebenarnya punya banyak mukjizat tersedia. Kapan kau akan mulai belajar melangkah?? AKU hanya bisa terus menunggumu."


Hancur hatiku mendengar perkataan hambaNYA itu. bukan dari hambaNYA tapi dari Firman Bapa sendiri. Karena terlebih lagi, memang itu yang aku alami selama itu. Aku menunda terus untuk duduk diam di bawah kakiNYA. AKU tidak mendengar panggilanNYA.


Dan itu yang membuat aku takjub. dan sadar. dan bertobat!
TUHAN ternyata Engkau bisa berbicara (aku tahu, sangat konyol pikiranku ini jika seorang yg sudah lebih dewasa rohani membaca ini) seperti seseorang pribadi yang begitu mengenalku!


Ahhh!!! Aku begitu sadar. Berulang-ulang aku berkata, "Aku baru sadar Engkau bisa bicara dengan begitu jelas (tidak hanya dari hatiku saja, yang aku pikir kadang-kadang cuma gerakan hatiku saja) Tapi benar-benar hidup." Hal itu membuat aku semakin "takut akan Tuhan" dalam artian, Bukankah Tuhan yang maha Tahu itu melihatku? jadi kalau aku bertindak seperti ini, berkenankah DIA? Bagaimana penilaianNYA kalau aku berkata seperti ini dan bertindak seperti ini?? 


Karena Tuhan itu pribadi yang punya hati dan perasaan, selera dan kemauan. 


-Lee Naomi-

No comments:

Partners